FeatureVox Pop

Batik Patalunan, Karya Asli Saung Bagus Daya yang Tembus Kancah Internasional

×

Batik Patalunan, Karya Asli Saung Bagus Daya yang Tembus Kancah Internasional

Share this article
Jojo menunjukkan kain batik Patalunan Saung Bagus Daya.
Jojo menunjukkan kain batik Patalunan Saung Bagus Daya. Foto: Cireboners/Rifki

Cireboners.id – Motif batik Patalunan menambah khazanah karya batik di Cirebon. Batik ini merupakan hasil karya yang tercetus dari Saung Bagus Daya, Desa Cirebon Girang Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.

Jojo (31), Ketua pengelola Saung Bagus Daya sekaligus pencetus motif batik Patalunan mengatakan, terciptanya batik Patalunan mulanya dinisiasi bersama tiga kawan lainnya.

Sebab alami kejenuhan di dunia pekerjaan pembuat desain logo, keempatnya akhirnya memutuskan untuk keluar dan mencoba berkespresi sesuai dengan kemampuan masing-masing.

“Awal mula tercetus batik motif patalunan berasal dari empat sekawan, merasa jenuh dengan pekerjaannya sebagai logo designer, sebab monoton. Kemudian terpikir bagaimana caranya berubah, hingga jadilah batik patalunan,” kata Jojo kepada Cireboners, Sabtu (29/6/2024).

Tahun 2021 menjadi tahun pertama motif batik Patalunan dengan teknik printing, mulai dikenalkan perdana ke khalayak luas.

“Alhamdulillah kita pencetus batik motif Patalunan, bikin sendiri, cetak sendiri. Pertama kali jadi tahun 2021, awalnya itu batik print,” tuturnya.

Menurut Jojo, motif pembeda batik Patalunan dengan batik lainnya terletak pada tiga ikon utama yang berhasil dibuatnya yaitu kebo bule dongkol karone, witan jati, dan sarang manuk manyar.

Miliki Motif Khas

Melansir catatan Saung Bagus Daya, corak kebo bule dongkol karone memili arti sekembaran kerbau berwarna merah muda dengan tanduk yang mengarah ke bawah.

Hewan tersebut, hanya berada di Tegal patalunan yang dirawat oleh sepasang suami istri yaitu Buyut nini Lebar dan Buyut Aki Lebar.

“Perbedaan kerbau ini dengan kerbau lainnya, itu ada di daun telinga yang ketutup tanduknya,” jelas Jojo.

Sementara corak wiwitan jati menandkan bahwa terdapat banyak pohon jati besar di Tegal Patalunan pada zaman dahulu.

“Sedangkan, corak sarang manuk manyar itu terinspirasi dari sarang manuk manyar yang banyak di Tegal Patalunan,” tambahnya.

Potret motif batik patalunan karya Saung Bagus Daya khas Kecamatan Talun.
Potret motif batik patalunan karya Saung Bagus Daya khas Kecamatan Talun. Foto: Cireboners/Rifki

Ketiga ikon tersebut tak lepas dari potret kehidupan zaman dahulu di Tegal Patalunan. Di mana Tegal Patalunan sendiri merupakan sebuah dataran tinggi di kawasan Kecamatan talun, dan terdapat sebuah alun-alun yang terdapat banyak pohon jati.

“Soal sarang burung manyar, itu sebuah siklus, di mana pun ada petilasan. Tandanya, ketika ada pohon nagasari atau jati tua, ada sarang manyar itu jelas ada petilasan,” ujarnya.

Melalui Kemenkumham Jojo telah mendaftarkan motif batiknya untuk memperoleh hak cipta, kekayaan intelektual, hingga hak untuk memproduksi dan memasarkan secara aman.

“Karena tidak bisa menggunakan tempat, sehingga saat pematenan HAKI menggunakan nama batik Patalunan. Maka sekarang, HAKI, desain ilustrasinya, INDAG-nya, label halal, jadilah batik Patalunan,” jelasnya.

Tembus Kancah Internasional

Hingga saat ini, pesanan batik telah terdistribusi secara luas, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan, khusus tiap hari Jumat seluruh pejabat dan warga di Kecamatan Talun dianjurkan menggunakan batik Patalunan sebagai bentuk apresiasi.

Sambil menunjukkan obrolan daring via Whatsapp, Jojo menerima pesanan baru untuk dikirim ke pemerintahan Halmahera Selatan sebanyak 20 pak.

“Alhamdulllah sudah ke Inggris, Jerman, Flores, Bali. Ini, terakhir pesanan dari Halmahera Selatan banyaknya 20 pcs. Saya bilang apa; Wow!” katanya.

Meski begitu, Jojo tidak terlalu memerhatikan karyanya go nasional, atau go internasional. Baginya, yang terpenting adalah bagaimana karya batik tersebut menjadi pembeda dan bisa dipahami serta digunakan banyak orang-orang.

“Harapan saya, sih, bukan hanya sekadar internasional, tapi bagaimana sekiranya batik kita bisa dipahami, dipakai oleh pemerintahan, masyarakat. Bisa dipakai pemerintahan desa dan didukung Camat pun syukur alamdulillah,” pungkasnya.

Sementara itu, bagi yang ingin membeli batik tersebut tersedia dalam tiga varian dengan panjang kain 240cm, dan lebar 120cm. Untuk batik cap dihargai Rp139.999, batik printing Rp169.999, dan batik tulis Rp999.999. (Rifki)