Trivia, CirebonersID – “Lihat kebunku, penuh dengan bunga…” — penggalan lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud itu rasanya sudah akrab di telinga generasi 90-an hingga 2000-an awal.
Lagu sederhana yang dulu sering dinyanyikan di sekolah dasar itu kembali ramai dibicarakan setelah muncul versi baru yang dimainkan oleh pianis muda, Jefri Setiawan atau Jeje.
Namun, yang membuat publik terkesima bukan sekadar teknik piano Jeje yang lembut, melainkan perubahan suasana lagu yang begitu kontras.
Dari nuansa ceria khas lagu anak-anak, “Lihat Kebunku” kini berubah menjadi melankolis dan penuh makna emosional.
Dari Kebun Ceria ke Nada Sendu
Versi asli “Lihat Kebunku” yang diciptakan Ibu Sud memiliki tempo sedang (moderato) dengan irama waltz 3/4.
Lagu ini awalnya ditulis untuk mengajarkan anak-anak tentang rasa syukur, cinta terhadap alam, serta pentingnya merawat lingkungan.
Liriknya ringan dan mudah diingat, menggambarkan suasana ceria di sebuah kebun bunga yang penuh warna.
Instrumen pengiring biasanya berupa piano sederhana atau orkestra ringan. Suasana yang muncul pun gembira, polos, dan penuh semangat belajar, sesuai dengan semangat pendidikan karakter di era lagu anak-anak klasik Indonesia.
Sebaliknya, versi Jeje hadir dengan warna musik yang benar-benar berbeda. Dengan aransemen piano tunggal bernuansa minor, ia menghadirkan “Lihat Kebunku” sebagai lagu reflektif yang menyentuh sisi emosional pendengar.
Tempo yang lebih lambat, disertai permainan dinamis dan reverb halus, memberi kesan seolah-olah lagu itu tengah mengenang sesuatu yang telah berlalu.
Makna yang Berubah, Tapi Tetap Indah
Jika versi Ibu Sud menggambarkan kebahagiaan masa kecil yang sederhana, maka versi Jeje terasa seperti nostalgia terhadap masa itu sendiri.
Melalui permainan pianonya, Jeje seakan mengajak pendengar untuk merenungi makna kesederhanaan yang mungkin mulai hilang di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Kedua versi ini memperlihatkan betapa kuatnya daya hidup sebuah karya seni. Lagu yang sama bisa menumbuhkan dua perasaan yang sangat berbeda, keceriaan masa kecil dan kerinduan masa dewasa.
“Lihat Kebunku” versi Ibu Sud membuat kita tersenyum, sementara versi Jeje membuat kita terdiam sejenak, merenungkan betapa cepat waktu berlalu.
“Lihat kebunku.. tercipta sempurna.. Sederhana, satu yang kupunya..” Begitulah kiranya awal lagu Lihat Kebunku versi Jeje dimulai.
Warisan Musik yang Tak Lekang Waktu
Meski diciptakan puluhan tahun lalu, “Lihat Kebunku” tetap relevan dan dicintai lintas generasi.
Aransemen baru yang dimainkan Jeje bukan sekadar reinterpretasi musikal, tetapi juga penghormatan terhadap karya besar Ibu Sud.
Dari ceria ke melankolis, dari taman bermain ke ruang refleksi, “Lihat Kebunku” membuktikan bahwa lagu anak-anak Indonesia punya jiwa yang abadi, yang mampu tumbuh dan mekar dengan cara yang berbeda di setiap hati pendengarnya.