Serba Serbi

Wisata Alam Pasir Cabe, Destinasi Tersembunyi di Desa Randusari Kuningan

×

Wisata Alam Pasir Cabe, Destinasi Tersembunyi di Desa Randusari Kuningan

Share this article
Pemandangan dari wisata alam pasir cabe, Desa Randusari , Kec Cibereum, Kab Kuningan.
Pemandangan dari wisata alam pasir cabe, Desa Randusari , Kec Cibereum, Kab Kuningan. Foto: Cireboners/Rifki

Cireboners.id, Kuningan – Kehadiran Bendungan Kuningan membuat sejumlah masyarakat melakukan inovasi untuk mengembangkan desanya. Tak terkecuali Luki, seorang pemuda berusia 40 tahun yang mulai merintis wisata daerah untuk mengenalkan potensi wisata di daerahnya.

Luki, yang juga merupakan bagian dari Badan Usaha Milik Desa (BumDes) Barokah, bersama 9 orang lainnya berusaha mengembangkan salah satu kawasan strategis di Desa Randusari menjadi destinasi wisata alternatif.

Nama lokasi tersebut adalah wisata alam Pasir Cabe yang berada tepat di area tinggi Desa Randusari Kecamatan Cibereum Kabupaten Kuningan. Potensi tersebut, tak disia-siakan oleh Luki dan kawan-kawannya selama 2 tahun ini.

“Membuat wisata ini sudah dimulai sejak 2 tahun lalu, pengelola wisata ada sekitar 9 sampai 10, dan itu di bawah naungan BumDes Barokah,” katanya saat ditemui Cireboners.

Ia pun menceritakan, penamaan lokasi tidak terlepas dari sejarahnya, di mana dahulu lahan tersebut merupakan perkebunan cabai yang dimiliki warga asli Desa Randusari.

“Meski saat ini tidak banyak ditemui tanaman cabe, cuma kami berdasar dari dulunya aja,” tuturnya.

Sementara itu, pantauan di lokasi, wisata alam Pasir Cabe telah memiliki sejumlah fasilitas yang bisa dinikmati pengunjung. Seperti, area spot foto dengan pemandangan bendungan, empat gazebo untuk pengunjung, jungkat-jungkit, ayunan, dan beberapa hammock yang disebar di beberapa titik.

Selain itu, kawasan wisata Pasir Cabe sudah dilengkapi fasilitas kamar mandi dua buah, dan sebuah warung yang menjual camilan ringan atau minuman.

Luki, pengelola wisata alam pasir cabe.
Luki, pengelola wisata alam pasir cabe. Foto: Cireboners/Rifki

Menurut Luki, proses pengembangan wisata Pasir Cabe dilakukan secara bertahap, sebab pembangunannya sebagian besar masih menggunakan anggaran dari desa.

“Sementara ini, kita masih pake dana desa untuk pengembangan, karena itu jadi sedikit-sedikit dirapikan,” ujarnya.

Belum adanya investor masuk juga menjadi salah satu faktor pengembangan wisata Pasir Cabe tergolong lamban. Luki pun tak menampik itu, sehingga ia terus berinovasi untuk menggaet investor mau berinvestasi.

Luki menuturkan, ke depan akan dibangun area ramah anak, serta fasilitas pendukung seperti kolam dan flying fox, jika anggaran pengelolaan dinilai sudah mampu untuk meningkatkan fasilitas.

Meski begitu, akses menuju lokasi masih terbilang sulit dijangkau, apalagi tepat sekitar 10 meter menuju area utama, jalan yang mesti ditempuh cukup menukik.

“Memang jalan ke atas sini agak ekstrem, belokan banget, tapi itu juga nanti sedikit-sedikit dibenahi agar aman,” katanya.

Kemudian, bagi pengunjung yang hendak berkunjung, cukup menyiapkan Rp5000 untuk masuk ke lokasi wisata, dan bisa menikmati seluruh fasilitas yang ada.

Luki menyarankan agar para pengunjung datang di waktu tertentu, seperti sore hari.

“Lokasi wisata buka dari pagi jam 8 sampai 9 malam. Kalau ke sini, bagusnya datang di sore hari agar biar dapet view sunset,” pungkasnya. (Rifki)