CirebonersID – Suasana duka terasa di rumah Jana Patarnain, seorang maestro tarling klasik asal Cirebon.
Ia meninggal Rabu pagi (31/7/2024) usai sempat dirawat di Rumah Sakit Pelabuhan pada Sabtu lalu.
Jana menghembuskan nafas terakhir di usia 90 tahun dengan meninggalkan empat anak dan sembilan cucu.
Keluarganya tak menyangka, sebab Jumat sebelumnya (26/7/2024), Jana sempat mentas di Gedung Negara saat malam hari.
“Ga menyangka, aktivitas seperti biasa. Pentas terakhir malam Sabtu,di gedung negara. Keluarga sebetulnya menyarankan tidak usah ikut karena kondisi,” kata Totong Firdaus, anak Jana Partanain.
Ia menceritakan bahwa ayahnya memang kerap batuk-batuk, hingga semakin parah batuk mengeluarkan darah pada hari Sabtu.
Akhirnya, ia dilarikan ke RS dan sempat masuk ruangan ICU untuk mendapatkan perawatan intensif.
“Senin alhamdulillah udah pulang, bahkan sempet main di kakaknya,” katanya.
Totong menceritakan, semasa hidupnya, Jana Partanain merupakan sosok yang konsisten melestarikan tarling klasik.
Jana pun memiliki Sanggar Candra Kirana, tempatnya untuk meneruskan seni tarling klasik kepada khalayak.
“Diminta pertahankan Sanggar Candra Kirana, kamu terusin, katanya,” ujar Totong.

Sementara itu, Arif Muarif, cucu Jana Partanain mengatakan kakeknya merupakan sosok yang ulet dan konsisten melestarikan tarling klasik.
Di keluarganya Jana akrab disapa Ii, panggilan khusus yang disematkan kepada kakeknya tersebut.
Diketahui, pada 2022 Jana sempat menciptakan sebuah album bernama Tanana Kubra, dengan arti tarling tidak akan punah.
“Waktu itu sempat mau bikin album lagi, belum dapat studio, jadi rekaman di rumah seadanya,” katanya.
Arif, menjadi seorang yang akan meneruskan Jana melestarikan tarling klasik melalui Sanggar Candra Kirana.
Ia pun menganggap seni sebagai sebuah hobi yang membuatnya terus semangat mengajar tarling klasik kepada teman-temannya.
“Saya pribadi, menganggap seni sebagai hobi. Yang jelas, tetap mengajari teman-teman meski belum semahir Ii,” ujarnya. (Rifki)