Scroll untuk baca artikel
Opini

Hidup Sekarang Bukan Nanti, Pelajaran Bijak dari Seneca

×

Hidup Sekarang Bukan Nanti, Pelajaran Bijak dari Seneca

Share this article
Patung Seneca.
Patung Seneca. Foto: Pixabay/mikewildadventure

CirebonersID – Dalam hiruk pikuk kehidupan modern yang penuh dengan rencana jangka panjang, target, dan ambisi masa depan, nama Seneca kembali relevan. Filsuf Stoik asal Romawi ini pernah berkata,

“True happiness is… to enjoy the present, without anxious dependence upon the future.”

- Advertisement -
- Advertisement -

Kutipan ini tak hanya puitis, tetapi juga menggugah pemikiran, benarkah kita terlalu sering menunda kebahagiaan?

Seneca hidup pada abad pertama Masehi dan merupakan salah satu tokoh utama dalam filsafat Stoik. Dalam banyak tulisannya, terutama dalam Letters to Lucilius, ia menekankan pentingnya hidup selaras dengan alam dan kebijaksanaan, termasuk bagaimana seseorang sebaiknya memperlakukan waktu dan harapan. Bagi Seneca, waktu adalah sumber daya yang paling berharg, dan ironisnya, paling sering disia-siakan.

Dalam pandangan Stoik, masa depan adalah sesuatu yang tak bisa dikendalikan. Karena itu, terlalu banyak berharap atau mencemaskan hal-hal yang belum terjadi justru hanya akan membawa kegelisahan. Seneca percaya bahwa satu-satunya hal yang benar-benar kita miliki adalah saat ini.

Dengan kata lain, menikmati hidup saat ini tanpa kecemasan berlebih akan masa depan adalah bentuk tertinggi dari kebijaksanaan dan kebahagiaan.

“Orang-orang tidak pelit soal uang,” tulis Seneca, “tapi sangat pelit soal waktu, padahal waktu jauh lebih berharga.” Ia mengajak manusia untuk hidup secara sadar, memanfaatkan setiap momen bukan untuk mengkhawatirkan besok, tetapi untuk memperbaiki diri dan memperdalam makna hidup hari ini.

Pesan Seneca juga dapat dipahami sebagai kritik terhadap kecenderungan manusia modern yang terlalu fokus pada “nanti”; nanti saat sukses, nanti saat pensiun, nanti saat semua sudah stabil. Padahal, momen sekarang adalah satu-satunya waktu yang nyata dan bisa dinikmati.

Dalam kehidupan sehari-hari, nasihat ini bisa diartikan secara praktis. Menunda kebahagiaan dengan alasan “nanti saja kalau sudah mapan” bisa membuat kita kehilangan banyak hal indah yang terjadi sekarang. Seneca mengingatkan bahwa hidup bukan tentang menunggu waktu yang tepat, melainkan bagaimana kita menggunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.

Sebagai penutup, Seneca mengajarkan bahwa ketenangan batin dan kebahagiaan sejati tidak datang dari apa yang kita miliki atau rencanakan, tetapi dari bagaimana kita memaknai dan menjalani hidup pada detik ini. Karena itu, mari berhenti sejenak, tarik napas, dan rasakan hadirnya saat ini, karena di sinilah hidup sesungguhnya terjadi.