Scroll untuk baca artikel
Serba Serbi

Pisang Terancam Punah Akibat Krisis Iklim Global

×

Pisang Terancam Punah Akibat Krisis Iklim Global

Share this article
Pisang, favorit namun punah?
Pisang, favorit namun punah? Foto: Pixabay

CirebonersID – Pisang, salah satu buah paling banyak dikonsumsi di dunia, kini menghadapi ancaman serius akibat dampak krisis iklim. Perubahan cuaca ekstrem seperti kekeringan, banjir, dan penyakit tanaman yang dipicu oleh perubahan iklim telah merusak ribuan hektare lahan pisang, terutama di wilayah Amerika Latin dan Karibia. Kawasan ini diketahui sebagai penghasil 80% dari total ekspor pisang global.

Menurut laporan terbaru dari organisasi amal Christian Aid, tanpa intervensi segera, sebanyak 60% lahan subur untuk budidaya pisang di kawasan tersebut diperkirakan akan tidak layak tanam lagi pada tahun 2080.

- Advertisement -
- Advertisement -

“Tanaman kami hancur karena perubahan iklim. Kebun saya nyaris mati,” tutur Aurelia Pop Xo, seorang petani pisang di Guatemala. Ia menggambarkan kondisi sulit para petani yang kehilangan seluruh penghasilannya karena gagal panen.

“Dulu kami pikir ini akan terjadi di masa depan, tapi kenyataannya datang jauh lebih cepat,” tambahnya.

Pisang kini tercatat sebagai sumber pangan keempat terpenting di dunia setelah gandum, beras, dan jagung. Lebih dari 400 juta orang bergantung pada buah ini untuk mencukupi hingga 27% asupan kalori harian mereka.

Namun, dominasi varietas pisang Cavendish, yang berasal dari kloning tunggal dan umum digunakan untuk ekspor menjadikan tanaman ini sangat rentan terhadap penyakit. Fusarium Tropical Race 4 (TR4), salah satu penyakit jamur yang menyebar akibat suhu panas dan curah hujan tinggi, telah menghancurkan kebun pisang di Asia dan Amerika Latin. Selain itu, penyakit Black Leaf Streak dapat memangkas hasil panen hingga 80%.

Kondisi ini memperparah tekanan sosial dan ekonomi di negara-negara penghasil pisang seperti Guatemala, India, dan Kosta Rika. Para petani tak hanya kehilangan hasil panen, tetapi juga harus menghadapi paparan pestisida berbahaya yang digunakan untuk melindungi perkebunan monokultur dari serangan hama.

Christian Aid pun menyerukan negara-negara maju untuk segera menurunkan emisi karbon dan menyediakan pendanaan iklim demi membantu petani di negara berkembang yang rentan. Solusi jangka panjang juga harus mencakup inovasi seperti pengembangan varietas pisang tahan kekeringan, sistem irigasi yang lebih efisien, dan penerapan perdagangan yang adil.

“Petani pisang berada di garis depan krisis iklim,” ujar Holly Woodward-Davey dari Banana Link. “Jika tidak ada perubahan sistemik, kita bisa kehilangan pisang Cavendish dalam waktu dekat.”

Osai Ojigho dari Christian Aid menambahkan bahwa nasib jutaan petani yang tak bertanggung jawab atas krisis iklim kini berada di ujung tanduk. Ia juga mendorong konsumen global untuk berkontribusi dengan membeli pisang fairtrade dan organik, yang membantu meningkatkan kesejahteraan petani serta mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya.