CirebonersID – Di balik gelar profesor yang kini disandangnya, Prof Dr Ilman Nafi’a MAg menyimpan perjalanan hidup yang penuh inspirasi. Putra seorang kyai kampung di Desa Plered, Kabupaten Cirebon ini telah menempuh perjalanan akademik yang panjang hingga mencapai tingkat tertinggi dalam dunia pendidikan.
Dengan prinsip hidupnya yang kuat, ia terus menjadi teladan bagi banyak orang, baik di lingkungan akademik maupun masyarakat luas.
Sejak kecil, Ilman telah menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Perjalanan pendidikannya dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Plered, kemudian berlanjut ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) NU Buntet, dan Madrasah Aliyah (MAN) 1 Plered, Cirebon. Namun, langkahnya tidak berhenti di sana.
Ia melanjutkan pendidikan tinggi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon (kini UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon), kemudian meraih gelar Magister di IAIN Sumatera Utara (UINSU Medan), serta menyelesaikan studi doktoralnya di UIN Jakarta. Puncaknya, ia menempuh program postdoctoral di Melbourne University, Australia, sebuah pencapaian luar biasa bagi putra desa yang tumbuh di lingkungan pesantren.
Sejak masa sekolah, Ilman telah mengabdikan diri sebagai guru madrasah, pengajar ngaji di majelis taklim, serta pendakwah agama menggantikan orang tuanya di sekitar wilayah Plered. Karir akademiknya pun semakin bersinar ketika ia diberi kepercayaan untuk menjadi Wakil Rektor II di UIN SSC, sebelum akhirnya dipercaya sebagai Direktur Pascasarjana UIN SSC.
Meski menduduki posisi strategis, Ilman menyadari bahwa peran wakil rektor sering kali terbatas oleh kebijakan rektor sebagai penanggung jawab utama program. Namun, hal itu tidak membuatnya kehilangan semangat. Baginya, kepemimpinan adalah tentang menjadi teladan, bukan sekadar memegang jabatan.
“Salah satu prinsip saya yang masih melekat hingga kini adalah bagaimana menjadi teladan yang baik bagi siapa pun. Status sosial tidak membuat saya merasa lebih dibandingkan dengan orang lain. Prinsip ini saya jadikan landasan dalam menjalankan tugas apa pun yang saya emban,” ujar Prof. Ilman Nafi’a.
Ia berharap, dengan prinsip ini, lingkungan akademik dapat membangun budaya kerja yang lebih positif. “Jangan berharap orang lain melakukan sesuatu yang kita inginkan, sementara kita sendiri tidak memberikan contoh yang baik,” tambahnya.
Peluang dan Tantangan Dunia Pendidikan
Sebagai seorang akademisi, Ilman memahami betul tantangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Ia menyoroti kesadaran masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan dan peningkatan karir sebagai peluang besar bagi lembaga pendidikan. Namun, di sisi lain, maraknya kampus-kampus swasta yang menawarkan gelar dengan mudah juga menjadi tantangan tersendiri.
“Kesadaran masyarakat terhadap pendidikan adalah peluang besar, tetapi tantangannya juga berat. Banyak kampus swasta menawarkan kemudahan untuk kuliah dan sekadar mendapatkan gelar, tanpa memperhatikan kualitas akademiknya,” ungkapnya.
Karena itu, ia terus mendorong mahasiswa untuk menghadapi dunia akademis dengan sikap yang proporsional dan bertanggung jawab. Baginya, dunia ini adalah sebuah cerita yang harus ditulis dengan baik.
“Dunia ini adalah kisah, maka buatlah catatan yang indah dan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Belajarlah dari mereka yang selalu berusaha memberikan yang terbaik, karena hanya mereka yang tahu pahit dan manisnya kehidupan,” pesan Prof Ilman.
Dengan perjalanan hidupnya yang inspiratif, Ilman membuktikan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka banyak peluang. Dari desa kecil di Plered hingga Melbourne University, kisahnya menjadi bukti nyata bahwa ketekunan dan semangat belajar dapat membawa seseorang melampaui batas yang pernah ia bayangkan. (Miftah)