Kota

Dispusip Kota Cirebon Raih Indeks Pembangunan Literasi Tertinggi di Jawa Barat

×

Dispusip Kota Cirebon Raih Indeks Pembangunan Literasi Tertinggi di Jawa Barat

Share this article
Dispusip Kota Cirebon, Perpustakaan 400.
Tampak patung R.E. Mohamad Sulaeman, Komandan Pasukan Gerilya Kelana Sakti di halaman depan gedung Perpustakaan 400. Perpustakaan ini dikelola Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Cirebon/Mochamad Rona Anggie

CirebonersIDDinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Cirebon berhasil menempati posisi teratas dalam Indeks Literasi Pembangunan Masyarakat (IPLM) se-Jawa Barat pada tahun 2024.

Kepala Dispusip Kota Cirebon, Gunawan ATD DEA mengatakan, pada 2024 lalu IPLM Kota Cirebon menjadi yang tertinggi di Jawa Barat dengan raihan skor 95,37. Sehingga program peningkatan literasi pasti menjadi prioritas.

“Setidaknya ada tujuh yang mesti ditingkatkan sebagai indikator IPLM, yakni kelembagaan perpustakaan, koleksi perpustakaan, tenaga, pengunjung, pengelolaan sesuai SNP, pelibatan masyarakat dan anggota perpustakaan,” ungkapnya, Jumat (7/2/2025).

Gunawan juga mengatakan, banyak kegiatan literasi yang sudah terselenggara di Perpustakaan 400, baik untuk tingkat PAUD, TK, hingga dewasa. Bagi tingkat PAUD ada story telling dan dewasa ada pelatihan pengucapan bahasa asing, yakni Inggris, Prancis hingga Arab.

“Selain itu, Dispusip juga terus meningkatkan pemeliharaan kearsipan, melalui fumigasi hingga alih media ke digital agar tetap terawatt dan bisa dilihat oleh masyarakat secara umum dengan lebih mudah,” paparnya.

Meski sudah melakukan pengembangan, kata Gunawan, tetap membutuhkan sarana penunjang, baik renovasi bangunan hingga pengadaan faslitas. Terlebih ingin memudahkan peminjaman buku kepada masyarakat, tentunya dengan transformasi digital yang akan diterapkan.

Misalnya peminjaman dan pengembalian buku tidak harus ada petugas jaga, karena menggunakan Radio Frequency Identification (RFID), yakni bentuk teknologi komunikasi wireless atau tanpa perantara. Teknologi RFID terfokus pada identifikasi sebuah objek melalui rangkaian kode yang hanya dapat dibaca scanner dengan software tertentu.

“Jadi pemustaka yang hendak pinjam atau pengembalian buku, tinggal scan saja. Apabila belum scan, maka alat detektor yang terpasang di pintu akan berbunyi. Ini perlu dimatangkan, karena RFID saat ini sudah terpasang, tinggal dukungan software saja,” terangnya. (rifki)