Serba Serbi

Peringatan HAN 2024, Momentum Tingkatkan Kesejahteraan Anak

×

Peringatan HAN 2024, Momentum Tingkatkan Kesejahteraan Anak

Share this article
Logo HAN 2024.
Logo HAN 2024. Ilustrasi; Cireboners/Rifki

CireboersIDHari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap tanggal 23 Juli, menjadi momentum penting untuk mengingatkan seluruh elemen masyarakat akan hak dan kesejahteraan anak-anak Indonesia.

HAN 2024 kali ini mengusung tema “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, yang menekankan pentingnya melindungi anak-anak dari berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi demi menciptakan generasi penerus yang tangguh dan berdaya saing.

Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi anak-anak, kasus kekerasan terhadap anak di Indonesia masih menunjukkan angka mengkhawatirkan.

Melansir data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), pada 2023 terdapat lebih dari 10.000 lebih kekerasan terhadap anak.

Sementara itu, Manajer Program Women Crisis Center (WCC) Mawar Balqis Sa’adah, mencatat, ada penurunan jumlah kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan dari 2022 ke 2023.

“Ada penurunan sekitar 31 persen, di mana pada 2022 tercatat 94 kasus, sedangkan pada 2023 tercatat 64 kasus,” katanya, Minggu (21/7/2024).

Dalam catatan tahunan (catahu) kekerasan terhadap anak dan perempuan 2023, WCC Mawar Balqis juga mencatat bentuk kekerasan didominasi kekerasan psikis, dengan jenis kekerasan didominasi KDRT.

“Tercatat, rentang usia korban tertinggi di 25 sampai 40 tahun, disusul usia 14 sampai 24, dan 40 tahun ke atas. Juga tercatat usia dari rentang 0 sampai 13 tahun turut menjadi korban,” tambahnya.

Akan tetapi, menurut Adah, meski angka tercatat pada catahu 2023 terdapat penurunan, tidak mengindikasikan kasus kekerasan yang terjadi turut menurun.

Sebab, di Cirebon kini sudah memiliki beberapa lembaga yang berfokus pada bidang serupa.

“Sehingga, kasus yang telah tercatat di lembaga lain dan masuk P2TP2A, menghindari double counting kita tidak mencantumkan lagi,” tuturnya.

HAN - Pegiat Fahmina Institute Zainal Abidin.
Pegiat Fahmina Institute Zaenal Abidin. Foto: Cireboners/Rifki

Terpisah, pegiat dari Fahmina Institute Zaenal Abidin mengatakan, pemahaman tentang kekerasan penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini.

Menurutnya, momentum pengenalan sekolah menjadi waktu yang tepat untuk mengenalkan anak tentang pentingnya pemahamahan kekerasan.

“Namun, tentu hal itu disampaikan guru dengan bahasa yang berbeda, termasuk sebagai orang tua,” kata Zaenal saat ditemui Cireboners, Jumat (19/7/2024).

Ia pun mengatakan bahwa anak masih perlu didampingi agar memahami konsep kekerasan, terutama tentang hal boleh dan tak boleh dilakukan kepada orang lain.

Sehingga, Zaenal menyarankan orang tua lebih bijak, dan mampu mengelola emosi ketika mengajarkan anak tentang bentuk-bentuk kekerasan.

Orang tua pun harus mampu memahami perihal kekerasan, terutama kepada anak. Sebab, anak masih perlu pendampingan dan komunikasi intens untuk bisa memahami hal tersebut.

“Paling sederhana adalah menerapkan konsep tanggung jawab kepada anak. Juga kelola emosi dulu untuk orang tua, karena anak belum sepenuhnya memahami apa itu pelanggaran, kekerasan,” tuturnya. (Rifki)